,

Refleksi Kepemimpinan dan Perubahan Sistem Kesehatan: dr. Koesmedi Priharto Ungkap “Titik-Titik Pengungkit” dalam Seminar Rabuan FKKMK UGM

Yogyakarta, 28 Mei 2025 — Seminar Rabuan Departemen Biostatistik, Epidemiologi dan Kesehatan Populasi kembali menghadirkan sosok inspiratif dalam dunia kesehatan dan kebijakan publik. Kali ini, hadir sebagai narasumber dr. Koesmedi Priharto, Sp.OT, FICS, FAPOA, M.Kes, dalam sesi bertajuk “Titik-Titik Pengungkit dari Program dan Kebijakan yang Berhasil dan Sustainable: Pengalaman dan Observasi.” Acara ini dimoderatori oleh Prof. Dr. dr. Mubasysyir Hasanbasri, MA, secara online.

Dalam paparannya, dr. Koesmedi—yang pernah menduduki berbagai posisi strategis di sektor kesehatan, khususnya di DKI Jakarta—membagikan refleksi dan pengalaman pribadi tentang tantangan serta dinamika kepemimpinan dalam sistem kesehatan. Salah satu inovasi kebijakan yang ia kenalkan adalah sistem lelang jabatan kepala puskesmas, serta penerapan model manajemen kontrak di berbagai fasilitas layanan kesehatan.

Menurutnya, teori kepemimpinan yang diajarkan di bangku kuliah seringkali sulit diterapkan langsung di lapangan. Perbedaan kondisi sosial, budaya, serta karakteristik masyarakat menuntut pemimpin untuk adaptif dan kontekstual. “Pemimpin bukan sekadar ‘bos’ yang memberi perintah dan meminta laporan. Pemimpin sejati adalah pendamping yang menumbuhkan dan membimbing timnya,” ungkapnya.

Ia juga menyoroti pentingnya pemimpin untuk hadir langsung di lapangan. Dengan berkaca pada sosok pemimpin inspiratif seperti gubernur dan menteri yang terjun langsung, dr. Koesmedi menegaskan bahwa kehadiran nyata di tengah masyarakat jauh lebih berdampak daripada rapat-rapat formal yang bersifat administratif.

Lebih jauh, dr. Koesmedi mengisahkan transformasi sistem kesehatan di DKI Jakarta saat dirinya menjabat. Dengan jumlah 403 puskesmas dan hanya enam rumah sakit kala itu, tantangan utamanya adalah perbaikan sumber daya manusia (SDM). Gaji dokter dan tenaga kesehatan yang tidak layak menjadi salah satu perhatian utama. Ia menginisiasi kenaikan gaji yang signifikan demi menjamin kualitas layanan yang diberikan.

Tidak hanya itu, ia juga mengembalikan perencanaan ke tingkat puskesmas dan rumah sakit, agar tenaga kesehatan benar-benar memahami kebutuhan di lapangan. Langkah ini didukung oleh kerja sama dengan UI dan UGM untuk menyelenggarakan pelatihan manajemen bagi para kepala puskesmas dan tenaga kesehatan lainnya. Hasilnya, lebih dari 160 peserta lulus dan menunjukkan perubahan gaya kepemimpinan yang lebih solutif dan responsif.

Menanggapi budaya birokrasi yang terlalu rapat-sentris, dr. Koesmedi justru memilih pendekatan langsung ke lapangan. Ia rutin mengumpulkan kepala-kepala puskesmas untuk berdiskusi, menyerap aspirasi, dan membangun semangat kolaboratif. Menurutnya, “Sekolah hanya membuka pintu, tapi pintu kenyataan ada di depan mata kita.”

Seminar ini tidak hanya memperlihatkan bagaimana kebijakan yang berpihak dan berbasis lapangan bisa diimplementasikan, tetapi juga memberi gambaran nyata tentang bagaimana pemimpin dapat menjadi agen perubahan yang tangguh, manusiawi, dan berorientasi pelayanan.

Penulis: Nanda Melania D.

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.