Seri Webinar Surveilans Gizi #1: Mengulas Dinamika Surveilans dan Implementasi Program Gizi di Indonesia.

Yogyakarta, 26 Maret 2025 – Minat Gizi Kesehatan Masyarakat, Departemen Biostatistik, Epidemiologi, dan Kesehatan Populasi, Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada menyelenggarakan Seri Webinar Surveilans Gizi #1 pada Rabu, 26 Maret 2025. Mengangkat topik “Surveilans Gizi dan Implementasi Program Gizi Kesehatan Masyarakat di Indonesia”, kegiatan ini dilaksanakan secara daring dan berhasil menjaring antusiasme lebih dari 80 peserta yang terdiri dari mahasiswa maupun alumni bidang kesehatan masyarakat.

Webinar perdana dalam rangkaian ini menghadirkan narasumber ahli di bidang gizi masyarakat, Atmarita, MPH., Dr.PH., yang merupakan anggota Tim Pakar DPP-PERSAGI (Persatuan Ahli Gizi Indonesia), anggota Perhimpunan Peneliti Kesehatan Indonesia (APKESI), serta Yayasan Kegizian Pengembangan Fortifikasi Pangan Indonesia (KFI).

Dalam paparannya, Atmarita menyampaikan refleksi mendalam mengenai perjalanan sistem surveilans gizi di Indonesia. Ia menegaskan bahwa Indonesia memiliki sejarah panjang sebagai pionir dalam pengembangan sistem kewaspadaan pangan dan gizi, yang kini menjadi fondasi penting dalam pemantauan status gizi nasional.

Ia menjelaskan, pada tahun 1980 Indonesia memulai langkah awal dengan membentuk Sistem Isyarat Dini dan Intervensi (SIDI), yang pertama kali diterapkan di Lombok Tengah dan Boyolali, Jawa Tengah. Inisiatif ini muncul sebagai respons terhadap kondisi kekurangan pangan yang terjadi secara periodik pada dekade sebelumnya. Selanjutnya, pada tahun 1990, SIDI dikembangkan menjadi Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG) dan diimplementasikan secara nasional.

Perjalanan sistem surveilans gizi terus mengalami dinamika. Tahun 2000 menjadi titik penting dengan dihidupkannya kembali SKPG dan integrasinya dengan Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) untuk memperoleh data status gizi hingga tingkat kabupaten. Kegiatan ini sempat dikelola oleh Badan Litbangkes, termasuk dalam pelaksanaan Riskesdas.

Namun, sejak 2010, SKPG mengalami penurunan fungsi dan bergeser pada berbagai sistem baru seperti Pemantauan Status Gizi (PSG) oleh Direktorat Gizi, E-PPGBM (Elektronik-Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat), serta Survei Status Gizi Indonesia (SSGI). Meskipun metode yang digunakan berbeda-beda, pelaksanaan Riskesdas tetap berjalan hingga tahun 2023.

Seri webinar ini menjadi wadah penting untuk membuka kembali diskursus tentang penguatan sistem surveilans gizi di Indonesia, termasuk evaluasi efektivitas dan integrasi antar sistem. Kegiatan ini juga menjadi ajang pembelajaran bagi para peserta untuk memahami konteks historis dan tantangan aktual dalam implementasi program gizi masyarakat.

 

Penulis: Nanda Melania D.

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.